Wisata Religi & Jejak Islam di Bali
Jelajahi dan nikmati khasanah Wisata Religi dan Jejak-jejak Islam di Bali persembahan Jazirah. Anda tidak hanya sekedar mengunjungi makam-makam para Ulama penyebar Islam (Sab'aul Auliyah) di Bali, tetapi Anda juga akan mendapatkan informasi tentang sejarah Islam, situs-situs, kekerabatan Islam dan Hindu, Puri Kerajaan (Keraton) dan objek-objek wisata terkait penyebaran Islam yang selama ini belum pernah terpublikasikan.













 
Dari berbagai Sumber
Jelajahi dan nikmati khasanah Wisata Religi dan Jejak-jejak Islam di Bali persembahan Jazirah. Anda tidak hanya sekedar mengunjungi makam-makam para Ulama penyebar Islam (Sab'aul Auliyah) di Bali, tetapi Anda juga akan mendapatkan informasi tentang sejarah Islam, situs-situs, kekerabatan Islam dan Hindu, Puri Kerajaan (Keraton) dan objek-objek wisata terkait penyebaran Islam yang selama ini belum pernah terpublikasikan.
- Kampung Islam pulau Serangan
 - Makam Habib Ali Bin Umar Bin Abubakar Al Khamid
 - Makam Sunan Mumbul dan Istana Taman Air Ujung
 - Makam Waliyullah Sheikh Maulana Al Baghdi Al Maghribi dan Syeikh Maulani Habib Al Tunisi (wali kembar)
 - Kampung Islam Kecicang
 - Benteng-benteng Islam Bali Timur
 - Makam Syeikh Usman Bin Maulana Yusuf Al Maghrobi
 - Masjid-masjid tua kota Singaraja
 - Makam Syeikh Abdulqodir Mochammad / The Kwan Lie
 - Makam Sutan Machmud
 
Makam Habib Ali Bin Umar 
Bin Abubakar Al Khamid
Kalau di Jawa ada istilah Wali Songo, tokoh-tokoh penyebar Islam yang  jumlahnya sembilan, di Bali ada pula istilah Wali Pitu. Bagaimana  kisahnya dan siapa saja Wali Pitu itu? 
Syiar Islam di Bali memiliki kisah tentang keberadaan Wali Pitu. Mereka  merupakan para penyebar Islam yang telah mencapai derajat kewalian yang  jumlahnya tujuh orang. Menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota  Denpasar, Mustofa Al Amin, nama Wali Pitu merupakan hasil penelitian  dari Habib Toyib Zein Assegaf.
“Beliau mendapat isyarat secara kesufian, beliau selalu mendapatkan  mimpi secara berulang datang ke bali, hingga suatu waktu beliau bertemu  dengan orang Bali yang kebetulan datang ke mojokerto dalam rangka  belanja sepatu untuk kepentingan usahanya, kemudian Beliau Habib Toyib  ikut dengan orang Bali tersebut sampai ke bali. Kemudian sesampainya di  Bali berdasarkan isyarah yang datang kepada Beliau, dengan di temani  seorang temannya yg berada di Monang Maning, Beliau melakukan penelitian  lapangan, dalam pencariannya untuk menguak tentang adanya ketujuh orang  penyiar Islam di Bali ini dan fakta membuktikan isyarat itu benar  adanya. Itulah yang dikenal dengan istilah Wali Pitu.
Meski fakta membenarkan keberadaan Wali Pitu, namun penetapan nama itu  sendiri bukan berdasarkan kesepakatan umat muslim Bali. Kendati begitu,  bukan berarti kiprah Wali Pitu tidak diakui dalam konteks syiar Islam di  Bali.
“Validitasnya tidak bisa menyamai Wali Songo, karena kiprah mereka dari  cerita ke cerita, bahwa Wali Pitu memiliki pengaruh dan karomah yang  sangat penting bagi perkembangan Islam di Bali,” ulasnya.
“Artinya tidak salah jika umat muslim menjadikan Wali Pitu sebagai  panutan. Hanya saja, bagi para peziarah makam Wali Pitu ini tetap tidak  boleh menyimpang dari syariah.”
MUI sendiri tidak mempermasalahkan keberadaan Wali Pitu ini. Masyarakat  menerima atau tidak keberadaan mereka itu merupakan keyakinan  masing-masing. Sebab, Wali Pitu memiliki peranan masing-masing kepada  masyarakat di zamannya, sembari melakukan syiar Islam. MUI Denpasar  mengapresiasi upaya penelitian dan hasilnya tentu yang berkaitan dengan  sejarah perkembangan umat Islam di Bali termasuk para tokoh, seperti  Wali Pitu, yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan tersebut.
Penelitian dan kajian lebih lanjut, sangat penting dan mendesak sifatnya  untuk segera dilakukan. “Wali Pitu ini hendaknya menggugah umat Islam  Bali khususnya dan Nusantara pada umumnya untuk meningkatkan semangat  mereka berdakwah dengan cara dan pendekatan yang moderat, toleran dan  damai, di samping berpihak pada kebenaran dan kejujuran, keuletan dan  keberanian, serta keadilan dan ketulusan seperti diperankan tokoh-tokoh  tersebut,” ajaknya.
“Mereka juga harus lebih memahami kesejarahan mereka di Bali yang memiliki keunikan dan kekhasan.”
Berikut beberapa nama Auliya’ yang disebut Wali Pitu:
1.      Raden Mas Sepuh / Pangeran Amangkuningrat (Keramat Pantai Seseh)
2.      Habib Umar bin Maulana Yusuf Al Maghribi (Keramat Bukit Bedugul)
3.      Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar bin Abu Bakar Al Hamid di (Keramat Pantai Kusamba)
4.      Habib Ali Zainal Abidin Al Idrus (Keramat Karangasem)
5.      Syeich Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi (Keramat Karangasem)
6.      Syeich Abdul Qodir Muhammad (Keramat Karangrupit)
7.      Habib Ali bin Umar bin Abu Bakar Bafaqih di Jembrana
1. Pangeran Mas Sepuh alias Raden Amangkuningrat Keramat Pantai Seseh

Makam Beliau terletak di pinggir Pantai Seseh, Mengwi, Tabanan, Bali.
Pangeran Mas Sepuh merupakan gelar. Nama sebenarnya adalah Raden  Amangkuningrat, yang terkenal dengan nama Keramat Pantai Seseh. Ia  merupakan Putra Raja Mengwi I yang beragama Hindu dan ibunya berasal  dari Blambangan (Banyu Wangi Jatim) yang beragama Islam. Sewaktu kecil,  beliau sudah berpisah dengan ayahandanya dan diasuh oleh ibundanya di  Blambangan. Setelah dewasa, Pangeran Mas Sepuh menanyakan kepada ibunya  tentang ayahandanya itu. Setelah Pangeran Mas Sepuh mengetahui jati  dirinya, ia memohon izin pada ibunya untuk mencari ayah kandungnya,  dengan niat akan mengabdikan diri. Semula, sang ibu keberatan, namun  akhirnya diizinkan juga Pangeran Mas Sepuh untuk berangkat ke Bali  dengan diiringi oleh beberapa punggawa kerajaan sebagai pengawal dan  dibekali sebilah keris pusaka yang berasal dari ayahandanya dari  Kerajaan Mengwi
Namun, setelah bertemu dengan ayahnya, terjadilah kesalahpahaman yang di  sebabkan kecemburuan dari pihak keluarga kerajaan. Akhirnya Pangeran  Mas Sepuh beranjak pulang ke Blambangan untuk memberitahu ibunya tentang  peristiwa yang telah terjadi. Namun dalam perjalanan pulang,  sesampainya di Pantai Seseh, Pangeran Mas Sepuh diserang sekelompok  orang bersenjata yang tak dikenal, sehingga pertempuran tak dapat  dihindari lagi. Melihat korban berjatuhan yang tidak sedikit dari kedua  belah pihak, keris pusaka milik Pangeran Mas Sepuh dicabut dan  diacungkan ke atas, seketika itu ujung keris mengeluarkan sinar dan  terjadilah keajaiban, kelompok bersenjata yang menyerang tersebut  mendadak lumpuh, bersimpuh diam seribu bahasa. Akhirnya diketahui kalau  penyerang itu masih ada hubungan kekeluargaan, hal ini dilihat dari  pakaian dan juga dari pandangan bathiniyah Pangeran Mas Sepuh. Akhirnya  keris pusaka dimasukkan kembali dalam karangkanya, dan kelompok  penyerang tersebut dapat bergerak dan kemudian memberi hormat kepada  Pangeran Mas Sepuh.
Salah satu karomah yang diberikan Allah kepada Pangeran Mas Sepuh ialah  kemampuan berjalan diatas permukaan air. Kesaktian yang luar biasa yang  dimiliki Paneran Mas Sepuh ternyata memunculkan rasa kecemburuan  diantara putra-putra Raja Mengwi. Bahkan suatu ketika saat Pangeran Mas  Sepuh diperintahkan untuk menuju Taman Ayun (tempat peristirahatan  keluarga Raja) di Mengwi. Taman Ayun dikelilingi danau mengitari  bangunan lengkap dengan taman indahnya. Tanpa diduga, saat Pangeran Mas  Sepuh berjalan diatas air danau dan bersila diatas bunga teratai,  terlihat oleh prajurit kerajaan. Tentu apa yang disaksikan prajurit  kerajaan tersebut sungguh menggegerkan seluruh Istana. Selain karomah  tersebut, Panggran Mas Sepuh juga dikenal mampu mengobati berbagai macam  penyakit. Bahkan, tak sedikit ‘dukun’ yang mencari ilmu untuk belajar  cara pengobatan. Namun, yang paling mencengangkan serta sempat  disaksikan pasukan kerajaan Mengwi ialah saat Pangeran Mas Sepuh dalam  perjalanan menuju Bali dari Kerajaan Blambangan (Jawa) terlihat hanya  berjalan diatas air laut. Pangeran Mas Sepuh tampak tenang berjalan  diantara deburan serta gulungan ombak.


2. Syeikh Maulana Yusuf 
Al Baghdi Al Maghribi.
Makamnya di Desa Bungaya Kangin Kec. Bebandem, Kab. Karangsem. Dikenal dengan “Makam Keramat Kembar.”

Makam Syeikh Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi
Pada tahun 1963 M waktu Gunung Agung meletus yang mana mengeluarkan  lahar panas menyemburkan batu-batu besar dan kecil serta abu ke atas  menjulang tinggi di angkasa memporak-porandakan Bali hingga sampai ke  wilayah Jawa Timur. Namun anehnya kuno milik Syeikh Maulana Yusuf Al  Baghdi Al Maghribi tetap tak berubah walaupun hanya berasal dari  tumpukan batu merah yang tidak diperkuat dengan adanya semen bahkan  tidak ada sebutir pasir yang menyentuh makam tersebut.
3. Habib Ali Bin Abu Bakar 
Bin Umar Bin Abu Bakar Al Khamid
Habib Ali bin Abubakar bin Umar al-Hamid, yang makamnya terdapat di Desa  Kusumba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Makam keramat ini  terletak tak jauh dari selat yang menghubungkan Klungkung dengan pulau  Nusa Penida. Selain dikeramatkan oleh kaum muslimin, makam ini juga  dikeramatkan oleh umat Hindu. Di depan makam dibangun patung seorang  tokoh bersorban dan berjubah menunggang kuda.
Semasa hidupnya Habib Ali mengajar bahasa Melayu kepada Raja Dhalem I  Dewa Agung Jambe dari Kerajaan Klungkung. Sang raja menghadiahkan seekor  kuda kepadanya sebagai kendaraan dari kediamannya di Kusamba menuju  istana Klungkung. Suatu hari, pulang mengajar di istana, ia diserang  oleh kawanan perampok. Ia wafat dengan puluhan luka di tubuhnya.
Jenazahnya dimakamkan di ujung barat pekuburan desa Kusamba. Malam hari  selepas penguburan, terjadi keajaiban. Dari atas makam menyemburlah  kobaran api, membubung ke angkasa, memburu kawanan perampok yang  membunuh sang Habib. Akhirnya semua kawanan perampok itu tewas terbakar.  Kaum muslimin setempat biasa menggelar haul Habib Ali setiap Ahad  pertama bulan Sya’ban.
Makam Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar Al Hamid berada di tepi pantai di  Desa Kusumba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, tidak jauh dari  selat yang menghubungkan Klungkung dengan Nusa Penida. Selain  dikeramatkan oleh kaum muslimin, makam ini juga dikeramatkan oleh umat  Hindu. Semasa hidupnya, Habib Ali mengajar bahasa Melayu kepada Raja  Dalem I Dewa Agung Jambe dari Kerajaan Klungkung. Sang Prabu  menghadiahkan seekor kuda sebagai kendaraan dari kediamannya di Kusamba  menuju puri Klungkung.

Pada suatu hari, sewaktu Habib Ali pulang dari Klungkung dan sesampainya  di pantai Kusamba, beliau diserang oleh sekelompok orang yang tidak  dikenal dengan senjata tajam dan tewas di tempat. Akhirnya, jenazah  beliau dimakamkan di ujung barat pekuburan Desa Kusamba.
4. Habib Ali bin Zainal Abidin Al Idrus.
Makamnya di Desa Bungaya Kangin Kec. Bebandem, Kab. Klungkung. Dikenal dengan “Makam Keramat Kembar.”


Chabib Ali bin Zainal Abidin Al Idrus meninggal tanggal 9 Ramadhan 1493 H  atau tanggal 19 Juni 1982 M. Di sebelah makam tersebut ada makam kuno  menurut cerita adalah makam Syeikh Maulana Yusuf Al Baghdi Al Maghribi.
5.    Syeikh Habib Umar bin 
Maulana Yusuf Al Maghribi.
Makamnya di atas bukit Bedugul Kab. Tabanan. Dikenal dengan “Makam Keramat Bedugul.”
Lokasi makam yang berada di atas bukit yang tinggi dan berada di tengah  cagar alam milik Perhutani Kabupaten Tabanan menyebabkan peziarah harus  benar-benar kuat dan mampu untuk bisa sampai ke sana. Biasanya peziarah  yang ingin mengirim doa akan diarahkan ke sebuah masjid yang juga berada  di atas bukit.
Dari halaman masjid, kita bisa melihat Danau Beratan yang sangat indah.
Ada yang ingat Danau Beratan..?? Coba lihat di uang 50 ribuan yang sisi belakang.. :D


Gambar yg ini 'hampir' mirip kayak yg di balik uang 50 ribu kan..?? :p
Mengenai kisah tentang Syeikh Habib Umar bin Maulana Yusuf Al Maghribi  belum ada yang berani menuliskan kisahnya karena masih banyak versi.
6.    Syeikh Abdul Qodir Muhammad 
( The Kwan Lie )
Makamnya di Banjar Dinas Labuhan Aji, Desa Temukus Kec. Banjar, Kab. Buleleng. Dikenal dengan “Makam Keramat Karang Rupit.”

Dari dataran Tiongkok/Cina mengembara ke Singapura di Bukit Temasek  (sekarang menjadi Stadion Nasional Singapura) bertemu dengan Zaenal  Abidin dan Habib Husin. Selang beberapa waktu mengembara ke Palembang  setelah bermukim beberapa tahun mengembara ke Jawa mengembara ilmu di  Sunan Gunung Jati Cirebon Jawa Barat. Diperkirakan sudah cukup mendalami  ilmunya, The Kwan Lie diantar Sunan Gunung Jati ke Pulau Bali untuk  menyebarkan agama Islam, walaupun banyak cobaan dari segala penjuru  namun dengan ikhlas, sabar, tawakal, ngalah, loman, Allah SWT memberikan  yang terbaik dan mendapat gelar Syeikh Abdul Qodir Muhammad.
7. Habib Ali bin Umar 
bin Abu Bakar Bafaqih di Jembrana

Habib Ali Bafaqih lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, datang ke Bali pada  tahun 1917 dan sebelumnya belajar agama di Mekkah. Pada tahun 1935  beliau mendirikan Pondok Pesantren Syamsul Huda yang telah meluluskan  ribuan ulama & da'i. Santri-santrinya berasal dari berbagai daerah  di tanah air. Faktor inilah yang diduga menjadi sebab ramainya para  paziarah. Habib Ali wafat pada 1997 dalam usia 107 tahun. Selain  menguasai ilmu Al-Qur'an, Habib Ali juga dikenal sebagai pendekar silat  yang tangguh
Masih ada satu lagi makam yang bisa dikunjungi yaitu makam 
Keramat Pemecutan Dewi Khodijah
Sebatang pohon yang tumbuh di tengah-tengah makam, konon merupakan rambut Dewi Khodijah yang tumbuh. Wallahu'alam.
Keramat Pemecutan yang berada di jalan Batukaru Denpasar adalah Makam  Dewi Khodijah ini nama setelah berikrar masuk Agama Islam. Nama aslinya  Ratu Ayu Anak Agung Rai adiknya Raja Pamecutan Cokorda III yang bergelar  Bathara Sakti th 1653 M.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
komennya yang sopan yaaa...!!!!! :)